KRONOLOGIS HISTORIS SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN
Kebudayaan
manusia ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi secara
cepat yang merupakan akibat peran serta pengaruh dari pemikiran filsafat Barat.
Pada awal perkembangannya, yakni zaman Yunani Kuno, filsafat diidentikkan
dengan ilmu pengetahuan. Maksudnya adalah antara pemikiran filsafat dan ilmu
pengetahuan tidak dipisah, sehingga semua pemikiran manusia yang muncul pada
zaman itu disebut filsafat. Pada abad Pertengahan, filsafat menjadi identik
dengan agama, sehingga pemikiran filsafat pada zaman itu menjadi satu dengan
dogma gereja. Pada abad ke-15 muncullah Renaissans kemudian disusul oleh
Aufklaerung pada abad ke-18 yang membawa perubahan pandangan terhadap filsafat.
Pada masa ini filsafat memisahkan diri dari agama, sehingga membuat orang
berani mengeluarkan pendapat mereka tanpa takut akan dikenai hukuman oleh pihak
gereja. Filsafat zaman modern tetap sekuler seperti zaman Renaissans, yang
membedakan adalah pada zaman ini ilmu pengetahuan berpisah dari filsafat dan
mulai berkembang menjadi beberapa cabang yang terjadi dengan cepat. Bahkan pada
abad ke-20, ilmu pengetahuan, mulai berkembang menjadi berbagai spesialisasi
dan sub-spesialisasi.
Ilmu pengetahuan pada awalnya merupakan sebuah sistem
yang dikembangkan untuk mengetahui keadaan lingkungan disekitanya. Selain itu,
ilmu pengetahuan juga diciptakan untuk dapat membantu kehidupan manusia menjadi
lebih mudah. Pada abad ke-20 dan menjelang abad ke-21, ilmu telah menjadi
sesuatu yang substantif yang menguasai kehidupan manusia. Namun, tak hanya itu,
ilmu pengetahuan yang sudah berkembang sedemikian pesat juga telah menimbulkan
berbagai krisis kemanusiaan dalam kehidupan. Hal ini didorong oleh kecenderungan
pemecahan masalah kemanusiaan yang lebih banyak bersifsat sektoral. Salah satu
upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah kemanusiaan yang semakin kompleks
tersebut ialah dengan mempelajari perkembangan pemikiran filsafat.
Perkembangan filsafat Barat dibagi menjadi beberapa
periodesasi yang didasarkan atas ciri yang dominan pada zaman tersebut.
Periode-periode tersebut adalah :
- 1. Zaman Yunani Kuno (Abad 6SM-6M)
Ciri pemikirannya adalah kosmosentris, yakni
mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya sebagai salah satu upaya
untuk menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya
gejala. Dan beberapa tokoh filosof pada zaman ini menyatakan pendapatnya
tentang arche, antara lain :
- Thales (640- 550 SM) : arche berupa air
- Anaximander (611-545 SM) : arche berupa apeiron (sesuatu yang tidak terbatas)
- Anaximenes (588-524 SM) : arche berupa udara
- Phytagoras (580-500 SM) : arche dapat diterangkan atas dasar bilangan-bilangan.
Selain keempat tokoh di atas ada dua filosof, yakni
Herakleitos (540-475 SM) dan Parmindes (540-475 SM) yang mempertanyakan apakah
realitas itu berubah, bukan menjadi sesuatu yang tetap. Pemikir Yunani lain
yang merupakan salah satu yang berperan penting dalam pengembangan ilmu
pengetahuan adalah Demokritos (460-370 SM) yang menegaskan bahwa realitas
terdiri dari banyak unsur yang disebut dengan atom (atomos, dari a-tidak,
dan tomos-terbagi). Selain itu, filosof yang sering dibicarakan adalah
Socrates (470-399 SM) yang langsung menggunakan metode filsafat langsung dalam
kehidupan sehari-hari yang dikenal dengan dialektika (dialegesthai) yang
artinya bercakap-cakap. Hal ini pula yang diteruskan oleh Plato (428-348
SM). Dan pemikiran filsafat masa ini mencapai puncaknya pada seorang
Aristoteles (384-322 SM) yang mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan
adalah mencari penyebab-penyebab obyek yang diselidiki. Ia pun berpendapat
bahwa tiap kejadian harus mempunyai empat sebab, antara lain penyebab material,
penyebab formal, penyebab efisien dan penyebab final.
- 2. Zaman Pertengahan (6-16M)
Ciri pemikiran pada zaman ini ialah teosentris yang
menggunakan pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma agama Kristiani. Pada
zaman ini pemikiran Eropa terkendala oleh keharusan kesesuaian dengan ajaran
agama. Filsafat Agustinus (354-430) yang dipengaruhi oleh pemikiran Plato,
merupakan sebuah pemikiran filsafat yang membahas mengenai keadaan ikut ambil
bagian, yakni suatu pemikiran bahwa pengetahuan tentang ciptaan merupakan
keadaan yang menjadi bagian dari idea-idea Tuhan. Sedangkan Thomas Aquinas
(1125-1274) yang mengikuti pemikiran filsafat Aristoteles, menganut teori
penciptaan dimana Tuhan menghasilkan ciptaan dari ketiadaan. Selain itu,
mencipta juga berarti terus menerus menghasilkan serta memelihara ciptaan.
3. Zaman Renaissans (14-16M)
Merupakan suatu zaman yang menaruh perhatian dalam
bidang seni, filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Zaman ini juga dikenal
dengan era kembalinya kebebasan manusia dalam berpikir. Tokoh filosof zaman ini
diantaranya adalah Nicolaus Copernicus (1473-1543) yang mengemukakan teori
heliosentrisme, yang mana matahari merupakan pusat jagad raya. Dan Francis
Bacon (1561-1626) yang menjadi perintis filsafat ilmu pengetahuan dengan
ungkapannya yang terkenal “knowledge is power”
- 4. Zaman Modern (17-19M)
Filsafat zaman ini bercorak antroposentris, yang
menjadikan manusia sebagai pusat perhatian penyelidikan filsafati. Selain itu,
yang menjadi topik utama ialah persoalan epistemologi.
- a. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa akal merupakan sumber
pengetahuan yang memadai dan dapat dipercaya. Pengalaman hanya dipakai untuk
menguatkan kebenaran pengetahuan yang telah diperoleh melalui akal. Salah satu
tokohnya adalah Rene Descartes (1598-1650) yang juga merupakan pendiri filsafat
modern yang dikenal dengan pernyataannya Cogito Ergo Sum (aku berpikir,
maka aku ada). Metode yang digunakan Descrates disebut dengan a priori
yang secara harfiah berarti berdasarkan atas adanya hal-hal yang mendahului.
Maksudnya adalah dengan menggunakan metode ini manusia seakan-akan sudah
mengetahui dengan pasti segala gejala yang terjadi.
- b. Empirisisme
Menyatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah
pengalaman, baik lahir maupun batin. Akal hanya berfungsi dan bertugas untuk
mengatur dan mengolah data yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang
digunakan adalah a posteriori atau metode yang berdasarkan atas hal-hal
yang terjadi pada kemudian. Dipelopori oleh Francis Bacon yang memperkenalkan
metode eksperimen.
- c. Kritisisme
Sebuah teori pengetahuan yang berupaya untuk
menyatukan dua pandangan yang berbeda antara Rasionalisme dan Empirisme yang
dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804). Ia berpendapat bahwa pengetahuan
merupakan hasil yang diperoleh dari adanya kerjasama antara dua komponen, yakni
yang bersifat pengalaman inderawi dan cara mengolah kesan yang nantinya akan
menimbulkan hubungan antara sebab dan akibat.
- d. Idealisme
Berawal dari penyatuan dua Idealisme yang berbeda
antara Idealisme Subyektif (Fitche) dan Idealisme Obyektif (Scelling) oleh
Hegel (1770-1931) menjadi filsafat idealisme yang mutlak. Hegel berpendapat
bahwa pikiran merupakan esensi dari alam dan alam ialah keseluruhan jiwa yang
diobyektifkan. Asas idealisme adalah keyakinan terhadap arti dan pemikiran
dalam struktur dunia yang merupakan intuisi dasar.
- e. Positivisme
Didirikan oleh Auguste Comte (1798-1857) yang hanya
menerima fakta-fakta yang ditemukan secara positif ilmiah. Semboyannya yang
sangat dikenal adalah savoir pour prevoir, yang artinya mengetahui
supaya siap untuk bertindak. Maksudnya ialah manusia harus mengetahui
gejala-gejala dan hubungan-hubungan antar gejala sehingga ia dapat meramalkan
apa yang akan terjadi. Filsafat ini juga dikenal dengan faham
empirisisme-kritis, pengamatan dengan teori berjalan beriringan. Ia membagi
masyarakat menjadi atas statika sosial dan dinamika sosial.
- f. Marxisme
Pendirinya ialah Karl Marx (1818-1883) yang aliran
filsafatnya merupakan perpaduan antara metode dialektika Hegel dan materialisme
Feuerbach. Marx mengajarkan bahwa sejarah dijalankan oleh suatu logika
tersendiri, dan motor sejarah terdiri hukum-hukum sosial ekonomis. Baginya
filsafat bukan hanya tentang pengetahuan dan kehendak, melainkan tindakan,
yakni melakukan sebuah perubahan, tidak hanya sekedar menafsirkan dunia. Yang
perlu diubah adalah kaum protelar harus bisa mengambil alih peranan kaum
borjuis dan kapitalis melalui revolusi, agar masyarakat tidak lagi tertindas.
- 5. Zaman Kontemporer (Abad ke-20 dan seterusnya)
Pokok pemikirannya dikenal dengan istilah logosentris,
yakni teks menjadi tema sentral diskursus para filosof. Hal ini dikarenakan
ungkapan-ungkapan filsafat cenderung membingungkan dan sulit untuk dimengerti.
Padahal tugas filsafat bukanlah hanya sekedar membuat pernyataan tentang suatu
hal, namun juga memecahkan masalah yang timbul akibat ketidakpahaman terhadap
bahasa logika, dan memberikan penjelasan yang logis atas pemikiran-pemikiran
yang diungkapkan.
Pada zaman ini muncul berbagai aliran filsafat dan
kebanyakan dari aliran-aliran tersebut merupakan kelanjutan dari aliran-aliran
filsafat yang pernah berkembang pada zaman sebelumnya, seperti Neo-Thomisme,
Neo-Marxisme, Neo-Positivisme dan sebagainya.
Asal Muasal Ilmu (pengetahuan)
Pendahuluan
Epistemologi Yang merupakan satu diskursus filsafat berusaha menempat-kan diri dalam obyek kajian pengetahuan. Menyelidiki asal-asal pengetahuan, bagaimana cara memprolehnya, serta metode yang dipakai dalam pendekatan dis-kursus terhadap epistemologi itu sendiri.
Epistemologi Yang merupakan satu diskursus filsafat berusaha menempat-kan diri dalam obyek kajian pengetahuan. Menyelidiki asal-asal pengetahuan, bagaimana cara memprolehnya, serta metode yang dipakai dalam pendekatan dis-kursus terhadap epistemologi itu sendiri.
Secara literal, epistemologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, Episteme yang berarti pengetahuan, informasi, dan logos bermakna, kata, pikiran,, percakapan, atau ilmu.[1]
Secara tradisional, yang menjadi pokok persoalan dalam epistemologi adalah sumber, asal mula, dan sifat dasar pengetahuan, bidang, batas, dan jangkuan pengetahuan, serta validitas dan reabilitas dari berbagai klaim terhadap pengetahuan. Oleh karena itu rangkaian pertanyaan yang biasa diajukan menjadi tiga kelompok problem dasar dalam bidang ini. Pertama, apakah sumber pengetahuan itu? Manakah pengetahuan yang benar itu, dan bagaimana kita mengetahuinya? kedua, apakah sifat dasar pengetahuan itu? Apakah ada dunia yang benar-benar berada di luar pikiran kita, dan kalau ada, apakah kita bisa mengetahuinya? Ini adalah persoalan tentang apa yang kelihatan (phenomenia/ apperance) versus hakikat (noumenia/ reference). Dan yang terakhir, apakah pengetahuan kita itu benar? Bagaimanakah kita dapat membedakan yang benar dari yang salah? Apakah kesalahan itu? Pertanyaan-pertanyaan Ini adalah persoalan mengkaji kebenaran atau verivikasi.[2] untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis dan radikal di atas, penulis akan menjelaskan secara ringkas persoalan-persoalan yang menjadi pertanyaan sekaligus persoalan dalam diskursus epistemologi.
Tentang pengetahuan
Apabila dikatakan bahwa seseorang mengetahui sesuatu, itu berarti ia me-miliki pengetahuan tentang sesuatu. Dengan demikian, pengetahuan adalah suatu kata yang diguanakan untuk menunjuk kepada apa yamh diketahui oleh seseorang tentang sesuatu. Apabila si Joko yang baru pulang dari Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menceritakan bahwa Taman Mini itu tempat yang sangat indah, bersih, banyak terdapat miniatur Indonesia, berupa rumah adat seluruh Indonesia , dan sebagainya, maka semua yang diceritakannya itu adalah pengetahuan tentang Taman Mini. Kita juga mengetahui bahwa dua ditambah dua sama dengan empat, lima kali lima sama dengan dua puluh lima. Kita pun mengetahui ada bermacam-bermacam bunga, ada mawar, melati, rose, dan lain-lain. Kita juga mengatahui bahwa rusa, babi, anjing, kucing kelinci, kancil dan ayam adalah bagian dari alam. Semua yang kita ketahui tentang sesuatu itu adalah pengetahuan.
Salah satu ciri pengetahuan adalah selalu memiliki subyek, yakni yang mengetahui, karena tanpa ada yang mengetahui tak mungkin ada pengtehuan. Jika ada subyek pasti ada obyek, yakni sesuatu yang ihwalnya kita ketahui atau hendak kita ketahui. Tanpa obyek juga tidak mungkin ada pengetahuan.
Selain itu, pengetahuan juga bertautan erat dengan kebenaran. Karena demi mencapai kebenaranlah, pengetahuan itu ada.
Secara sederhana, kebenaran adalah kesesuaian pengetahuan dengan obyeknya.[3] ketidaksesuaian pengetahuan dengan obyeknya disebut dengan kekeliruan.[4]
Kalau ditelisik lebih dalam, kebenaran dalam istilah Inggrisnya adalah truth (kesetiaan) istilah Latinnya Veritas dan Yunani altheia. Istilah ini lawan dari kesalahan, kesesetan, kepalsuan, dan juga kadang opini. [5]
Suatu obyek yang ingin diketahui senantiasa memiliki banyak aspek yang amat sulit diungkapkan secara serentak. Kenyataannya, manusia hanya mengetahui sebagian kecil aspek dari suatu obyek itu, sedangkan yang lainnya tetap tersembunyi baginya. Dengan demikian, jelas bahwa amat sangat sudi untuk mencapai kebenaran yang lengkap dari iobyek tertentu, apalagi mencapai seluruh kebenaran dari segala sesuatu yang dapat dijadikan obyek pengetahuan.
Dilihat dari aspek formal, pengetahuan bisa dipetakan menjadi tiga jenis, pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, dan pengetahuan filsafati. Yang dimak-sud dengan pengetahuan biasa adalah hasil pencerapan indrawi yang merupakan hasil pemikiran rasional yang bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-har. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang didapat melalui penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai. Sedang pengetahuan filsafati diperoleh lewat pemikiran rasioanal yang didasarkan pada understanding, interpretation, speculation, penilaian kritis yang logis dan sistematis. Pengetahuan filsafati adalah pengatahuan yang berelasi dengan esensi, prinsip, dan asas dari semua realitas yang dipermasalahkan menurut yang akan diketahui.
Asal pengetahuan.
Tentang asal atau sumber pengetahuan, para Filsuf sedikitnya terpetakan menjadi tiga kelompok. Kelompok rasionalisme, yang mengatakan bahwa rasio atau akal budi adalah sumber pengetahuan utama bagi pengetahuan. Kelompok atau paham ini diwakili oleh Plato, Decartes, Spinoza, dan Leibniz. Secara umum para Filsuf ini berpendapat bahwa setiap keyakinan atau pandangan yang bertentangan dengan rasio tidak mungkin benar. Paham ini juga beranggapan ada perinsip-prinsip dasar dunia tertentu, yang diakui benar oleh akal budi manusia. Dari prinsip-prnsip ni kemudian muncul metode deduksi, yaitu penalaran dari suatu kebenaran umum ke suatu hal yang khusus dari kebenaran itu.
Sedangkan beberapa Filsuf lainnya seperti Bacon, Hobes, Jon Locke, mengatakan bahwa bukan rasio, melainkan pengalaman panca indralah yang menjadi sumber utama pengetahuan. Mereka beranggapan bahwa pengetahuan bergantung pada panca indra manusia serta pengalaman-pengalaman indranya. Paham ini kemudian melahirkan metode induksi, kebalikan dari deduksinya kaum Rasionalisme.
Terlepas dari perberbedaan pendapat tadi, penulis tak akan mencap bahwa satu aliran yang paling benar, karena setiap yanmg dianggap oleh sebagian orang itu benar belum tentu benar bagi orang lain. Naum jika disuruh berpendapat, penulis lebih memilih semuanya, dalam arti perpaduan, namun terlebih dulu membuang sesuatu yang tak benar dari pendapat paham-paham tadi. Sebab selain seabgian orang Islam tentunya notabene percaya pada semua kitab yang diturunkan oleh Tuhan. Penulis juga percaya bahwa kitab-kitab juga tak akan terlepas dari pengalaman, pemikiran maupun intuisi (wahyu dan ilham).
Selain tentang pengetahuan, epistemologi juga mempertanyakan kebenaran yang absolut. Tentang masalah ini, semua Filsuf percaya bahwa ada kebnaran di dunia ini, namun tak ada kebenaran yang absolut selain dalam hal ini kebenaran bahwa Tuhan ada.
Penutup
Dari pembahan yang ada di halaman-halaman sebelumnya, dari pertanyaan apa itu epistemologi sampai kemudian, apa kebenaran? Satu jawaban besar yang mungkin penulis temukan, yaitu kebingungan. Sebab dengan kebingungan tentang apa itu epistemologi dan kebenaranlah orang akan berpikir bahwa semua persoalan epistemologi tak akan selesai hanya menjawab sembilan pertanyaan yang dikutip oleh saudara Sudin dari bukunya Louis Kattsoff.
Akhirnya pertanyaan saya kembalikan pada penanya yang mengaku ahli filsafat. Apa itu epistemologi.
A. Teori Kabut
Teori kabut dikemukakan oleh dua
orang ilmuan yaitu Imanuel Kant (1724-1804) seorang ahli filsafat bangsa Jerman
dan Piere Simon Laplace (1749-1827) ahli astronomi bangsa Perancis. Kant
mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan Laplace mengemukakan tahun 1796
dengan nama Nebular Hypothesis.
Pada akhir abad ke-19 teori kabut
disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clark Maxwell yang memeberikan
kesimpulan bahwa bila bahan pembentuk planet terdistribusi disekitar matahari
membentuk suatu cakram atau suatu piringan, maka gaya yang disebabkan oleh
perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan mencegah terjadinya pembekuan
planet. Pada abad ke-20 percobaan dilakukan untuk membuktikan terbentuknya
cincin-cincin Laplace, menunjukkan bahwa medan magnet dan medan listrik
matahari tekah merusak proses pembekuan batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang
kuat untuk menyatakan bahwa cincin gas dapat membeku membantuk planet.
B.
Teori
Planetisimal
Teori planetisimal pertama kali
dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R. Moulton pada tahun 1900.
Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk akibat adanya
bintang lain yang hampir menabrak matahari.
C.
Teori Pasang
Surut Bintang
Teori pasang surut bintang pertama
kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis
pasang surut bintang sangat mirip dengan hipotesis planetisimal. Namun
perbedaannya terletak pada jumlah awalnya matahari.
D.
Teori
Kondensasi
Teori kondensasi mulanya dikemukakan
oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950.
Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut
raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
E.
Teori
Bintang Kembar
Menurut
teori bintang kembar, awalnya ada dua buah bintang yang berdekatan (bintang
kembar), salah satu bintang tersebut meledak dan berkeping-keping. Akibat
pengaruh grafitasi dari bintang kedua, maka kepingan-kepingan itu bergerak
mengelilingi bintang tersebut dan berubah menjadi planet-planet. Sedangkan
bintang yang tidak meledak adalah matahari.
F.
Teori
Ledakan Maha Dahsyat (Big Bang)
Pada awal abad ke-21 muncul teori
ledakan maha dahsyat Big Bang, membentuk keseluruhan alam semesta
sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketaidaan
sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Pada awalnya alam semesta ini
berupa satu massa maha padat. Massa maha padat ini dapat dianggap suatu atom
maha padat dengan ukuran maha kecil yang kemudian mengalami reaksi radioaktif
dan akhirnya mneghasilkan ledakan maha dahsyat.
PEMBENTUKAN ALAM SEMESTA DALAM
PERSPEKTIF SAINS
Pemahaman manusia tentang alam
semesta mempergunakan seluruh pengetahuan di bumi, berbagai prinsip-prinsip,
kepercayaan umum dalam sains (seperti ketidakpastian Heisenberg tentang
pengukuran simultan dimensi ruang dan waktu), serta berbagai aturan untuk keperluan
praktis. Melalui sebuah kerangka besar gagasan yang menghubungkan berbagai
fenomena (teori relativitas umum, teori kinetik materi, teori relativitas
khusus) coba dikemukakan satu penjelasan. Berbagai hipotesa, gagasan awal atau
tentatif dikemukakan untuk menjelaskan fenomena. Tentu gagasan tersebut masih
perlu diuji kebenarannya untuk dapat dikatakan sebuah hukum.
Dunia fisika membahas konsep energi,
hukum konservasi, konsep gerak gelombang, dan konsep medan. Pembahasan Mekanika
pun sangat luas, dari Mekanika klasik ke Mekanika Kuantum Relativistik.
Mekanika Kuantum Relativistik mengakomodasi pemecahan persoalan mekanika semua
benda, Mekanika kuantum melayani persoalan mekanika untuk semua massa yang
kecepatannya kurang dari kecepatan cahaya. Mekanika Relativistik memecahkan
persoalan mekanika massa yang lebih besar dari 10-27 kg dan bagi
semua kecepatan. Mekanika Newton (disebut juga mekanika klasik) menjelaskan
fenomena benda yang relatif besar, dengan kecepatan relatif rendah, tapi juga
bisa dipergunakan sebagai pendekatan fenomena benda mikroskopik.
Mekanika
statistik (kuantum klasik) adalah suatu teknik statistik untuk interaksi benda
dalam jumlah besar untuk menjelaskan fenomena yang besar, teori kinetik dan
termodinamik. Dalam penjelajahan akal manusia di dunia elektromagnet dikenal
persamaan Maxwell untuk mendeskripsikan kelakuan medan elektromagnet, juga
teori tentang hubungan cahaya dan elektromagnet. Dalam pembahasan interaksi
partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi gravitasi, dan interaksi
elektromagnet. Medan menyebabkan gaya; medan-gravitasi menyebabkan gaya
gravitasi, medan-listrik menyebabkan gaya listrik dan sebagainya. Demikianlah,
metode sains mencoba dengan lebih cermat menerangkan realitas alam semesta yang
berisi banyak sekali benda langit (dan lebih banyak lagi yang belum ditemukan).
Pengetahuan tentang
luas alam semesta dibatasi oleh keberadaan objek berdaya besar, seperti Quasar
atau inti galaksi, sebagai penuntun tepi alam semesta yang bisa diamati; selain
itu juga dibatasi oleh kecepatan cahaya dan usia alam semesta (15 miliar
tahun). Itulah sebabnya ruang alam semesta yang pernah diamati manusia
berdimensi 15-20 miliar tahun cahaya. Namun, banyak benda langit yang tak
memancarkan cahaya dan tak bisa dideteksi keberadaannya, protoplanet misalnya.
Menurut taksiran, sekitar 90% objek di alam semesta belum atau tak akan
terdeteksi secara langsung. Keberadaannya objek gelap ini diyakini karena
secara dinamika mengganggu orbit objek-objek yang teramati, lewat gravitasi.
Berbicara
tentang daya objek, dalam kehidupan sehari-hari ada lampu penerangan berdaya 10
watt, 75 watt dan sebagainya; sedangkan Matahari berdaya 1026 watt
dan berjarak satu sa* dari Bumi, menghangatinya. Jika kita lihat, lampu-lampu
kota dengan daya lebih besarlah yang tampak terang. Menurut hukum cahaya,
terang lampu akan melemah sebanding dengan jarak kuadrat, jadi sebuah lampu
pada jarak 1 meter tampak 4 kali lebih terang dibandingkan pada jarak 2 meter,
dan apabila dilihat pada jarak 5 meter tampak 25 kali lebih redup.
Maka, kemampuan
mata manusia mengamati bintang lemah terbatas. Ukuran kolektor cahaya juga akan
membatasi skala terang objek yang bisa diamati. Untuk pengamatan objek langit
yang lebih lemah dipergunakan kolektor atau teleskop yang lebih besar. Teleskop
yang besar pun mempunyai keterbatasan dalam mengamati obyek langit yang lemah,
walaupun berhasil mendeteksi obyek langit yang berjuta atau bermiliar kali
lebih lemah dari bintang terlemah yang bisa dideteksi manusia. Makin jauh jarak
galaksi, berarti pengamatan kita juga merupakan pengamatan masa silam galaksi
tersebut. Cahaya merupakan fosil informasi pembentukan alam semesta yang
berguna, dan manusia berupaya menangkapnya untuk mengetahui prosesnya hingga
takdir di masa depan yang sangat jauh, yang akan dilalui melalui hukum-hukum
alam ciptaan-Nya. Pengetahuan kita tentang hal tersebut sangat bergantung pada
pengetahuan kita tentang hukum alam ciptaan-Nya; sudah lengkap dan sudah
sempurnakah, ataukah baru sebagian kecil, sehingga mungkin bisa membentuk
ekstrapolasi persepsi yang salah.
PEMBENTUKAN
ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Allah SWT. Menurunkan Al-Quran
kepada manusia 14 abad yang lalu. Beberapa fakta yang baru dapat diungkap
dengan teknologi pada abad ke-21, yang telah difirmankan Allah SWT. didalam
Al-Quran 14 abad yang lalu. Didalam Al-Quran terdapat banyak bukti yang
memberikan informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam
semesta. Kenyataan bahwa didalam Al-Quran tersebut telah sesuai dengan penemuan
terbaru ilmu pengetahuan modern adalah hal terpenting, karena kesesuaian ini
menegaskan bahwa Al-Quran adalah Firma Allah SWT.
Dalam Al-Quran surat Fush-shilat (41:11)
Artinya: “Kemudian Dia menuju
kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati".
Kata asap dalam tersebut menurut
para ahli tafsir adalh merupakan kumpulan dari gas-gas dan pertikel-partikel
halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada temperatur yang tinggi maupun
rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil.
Salah satu teori mengenai
terciptanya alam semesta (teori Big bang) disebutkan bahwa alam semesta
tercipta dari suatu ledakan kosmis sekitar 10-20 milyar tahun yang lalu mengakibatkan
adanya ekspansi (pengembangan) alam semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis
tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam bentuk titik.
Didalam Al-Quran dijelaskan tentang terbentuknya alam
ini (QS Al-Anbiya : 30)
Artinya: “Dan Apakah orang-orang
yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu (sebingkah penuh), kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman”.
Berdasarkan terjemahan dan tafsir
Bachtiar Surin (1978:692) ditafsirkannya bahwa matahari adalah benda angkasa
yang menyala-nyala yang telah berputar mengeliligi sumbunya sejak berjuta-juta
tahun. Dalam peroses perputarannya denagn kecepatan tinggi itu, maka
terlontarlah bingkahan-bingkahan yang akhirnya menjadi bumi dan beberapa benda
angkasa lainnya dari bingkahan matahari itu. Masing-masing bingkah beredar
menurut garis tengah lingkaran matahari, semakin lama semakin bertambah jauh,
hingga masing-masing menempati garis edarnya. Dan seterusnya akan tetap beredar
dengan teratur sampai batas waktu yang hanya diketahui oleh Allah SWT.
Kemudian dalam surat Adz-Dzaariyaat (51:47)
Artinya: “Dan langit, denag
kekuasaan Kami, Kami bangun dan Kami akan memuaikannya selebar-lebarnya”.
Teori ledakan maha dahsyat juga
mengatakan adanya pemuaian alam semesta secara terus-menerus denagn kecepatan
maha dahsyat yang diumpamakan mengembangnya permukaan balon yang sedang ditiup
yang mengisyaratkan bahwa galaksi akan hancur kembali. Isyarat ini sudah
dijelaskan dalam surat Al-Anbiya’ (21:104)
Artinya: “(yaitu) pada hari Kami
gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. sebagaimana Kami
telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah
suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan
melaksanakannya”.
Dalam surat Ath-Tholaq (65:12)
ÂȘArtinya: “Allah-lah yang
menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah Berlaku
padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,
dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa ruang
angkasa terdiri dari 7 lapis.
Didalam surat As-Sajada (32:4)
Artinya: “Allah lah yang menciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian
Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya
seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka
Apakah kamu tidak memperhatikan”.
[1188] Bersemayam di atas 'Arsy
ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah
dsan kesucian-Nya.
[1189] Syafa'at: usaha perantaraan
dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat
bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at
bagi orang-orang kafir.
Uraian penciptaan langit dan bumi
dan apa-apa yang ada diantara keduanya, terdapat dalam surat Fush-Shilat ayat
9, 10 dan 12
Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya
Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan
sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta
alam".
Artinya:
“Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya
dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat
masa”. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
Artinya: “Maka Dia menjadikannya
tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.
dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa
lagi Maha mengetahui”.
Dengan perincian penafsirannya sebagai berikut :
1.
Tahap
pertama penciptaan bumi 2 rangakain waktu
2.
Tahap kedua
penyempurnaan bumi 2 rangkaian waktu
3.
Tahap ketiga
penciptaan angkasa raya dan planet-planetnya 2 rangkaian waktu
Jadi
terbentuknya alam raya ini terjadi dalam 6 rangkaian waktu atau 6 masa. Selain
surat-surat tersebut diatas masih banyak lagi yang menjelaskan tentang
terbentuknya alam raya ini, namun dari yang telah kami sampaikan dalam
ringkasan ini terlihat bahwa secara umum proses terciptanya alam raya ini
berlangsung dalam 6 masa, dimana tahapan-tahapan dalam proses tersebut saling
berkaitan. Disebutkan juga bahwa terciptanya alam raya ini terjadi melalui
proses pemisahan massa yang tadinya satu.
KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang perkembangan
pemikiran tentang terbentuknya alam raya, yang diungkapkan melalui pendapat /
pemikiran dari berbagai peradaban bangsa, teori-teori yang dikemukakan dari
beberapa ilmuan serta dari pandangan Islam berdasarkan Al-Quran, maka dapat
disimpulkan bahwa perkembangan tentang pemikiran tentang terbentuknya alam
semesta sudah sejak lama telah menjadi bagian pemikiran manusia, begitu juga
pendapat-pendapat dari berbagai peradaban bangsa, begitu banyak teori-teori
yang muncul tentang terbentuknya alam raya ini.
Dari sekian banyak teori-teori yang
dikemukakan oleh para ilmuan ternyata ilmuan modern menyetujui bahwa Teori
Ledakan Maha Dahsyat (Teori Big Bang) merupakan satu-satunya penjelasan masuk
akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana
alam semesta muncul menjadi ada. Namun perlu kita sadari bahwa jauh sebelum
para ahli mengemukakan teori Big Bang, ayat-ayat Al-Quran telah secara jelas
menceritakan bagaimana alam semesta ini terbentuk dalam 6 masa.
TEORI PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
Ada beberapa
teori yang digagas oleh para Ilmuan tentang penciptaan alam semesta. di abad 19
muncul gagasan materialisme yaitu sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai
satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain
materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang
meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham
Materialisme dialektika Karl Marx.
George
Politzer mengatakan bahwa "alam semesta bukanlah sesuatu yang
diciptakan" dan menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah pasti
diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan". Ketika Politzer
berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak
pada model alam semesta statis abad 19, dan menganggap dirinya sedang
mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang
berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan
materialism.
Pada tahun
1929, di Observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin
Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi.
Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa
mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa
bintang-bintang ini "bergerak menjauhi" kita. Sebab, menurut hukum
fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak
mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat
cenderung ke warna merah. Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari
bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang ini
terus-menerus bergerak menjauhi kita. Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat
penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita,
tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari
suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain
adalah bahwa ia terus-menerus "mengembang".
Agar lebih
mudah dipahami, alam semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang
sedang mengembang. Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak
menjauhi satu sama lain ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa
juga bergerak menjauhi satu sama lain ketika alam semesta terus mengembang.
Apa arti
dari mengembangnya alam semesta? Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika
alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti
berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa 'titik tunggal'
ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki 'volume nol', dan
'kepadatan tak hingga'. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik
tunggal bervolume nol.
Ledakan
raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang', dan
teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol'
merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu
pengetahuan dapat mendefinisikan konsep 'ketiadaan', yang berada di luar batas
pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'.
Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume' berarti 'ketiadaan'. Demikianlah alam
semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah
diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern
pada abad 20, telah dinyatakan dalam Alqur'an 14 abad lampau: "Dia
Pencipta langit dan bumi" (QS. Al-An'aam, 6: 101)
Teori Big
Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu
wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi
diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan
membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain.
Big Bang
merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah 'diciptakan dari ketiadaan',
dengan kata lain ia diciptakan oleh Allah. Karena alasan ini, para astronom
yang meyakini paham materialis senantiasa menolak Big Bang dan mempertahankan
gagasan alam semesta tak hingga. Seorang materialis astronom terkemuka asal
Inggris, Sir Fred Hoyle adalah termasuk yang paling merasa terganggu oleh teori
Big Bang. Di pertengahan abad 20, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut
steady-state yang mirip dengan teori 'alam semesta tetap' di abad 19. Teori
steady-state menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang
masa. Dengan tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali
berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta
memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori steady-state telah lama
menentang teori Big Bang. Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan pandangan
mereka.
Pada tahun
1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan
bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi
yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi
ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang
'seharusnya ada' ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti
bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja.
Radiasi ini, yang disebut 'radiasi latar kosmis', tidak terlihat memancar dari
satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa.
Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari
tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel
untuk penemuan mereka.
BIG BANG = LEDAKAN BESAR
Teori Big
Bang merupakan upaya untuk menjelaskan yang terjadi pada awal terbentuknya alam
semesta kita. Penemuan dalam astronomi dan fisika telah menunjukkan bahwa alam
semesta kita sebenarnya memiliki awal. Sebelum terjadi big bang alam ini tidak
ada.
Menurut teori standar, alam semesta tercipta sekitar 13,7 juta tahun yang lalu,
yah jujur saja, kita tidak tahu pasti. Mereka mengira dulu alam semesta adalah
satu benda padat yang sangat besar dan akhirnya meledak, setelah terjadi
ledakan besar alam semesta mengembang dengan cepat, Sebelum satu detik semua
partikel hadir dalam keseimbangan. Satu detik setelah ledakan alam semesta membentuk
partikel-partikel dasar, yaitu elektron, proton, neutron, dan neutrino pada
suhu 10 miliar kelvin. Kira-kira 500 ribu tahun setelah terjadi ledakan, lambat
laun alam semesta menjadi dingin hingga mencapai suhu 3000K. Gas hidrogen dan
helium membentuk kelompok-kelompok gas rapat yang tak teratur. Dalam
kelompok-kelompok tersebut mulai terbentuk protogalaksi. Antar satu dan dua
miliar tahun setelah terjadinya dentuman besar, protogalaksi-protogalaksi
melahirkan bintang-bintang yang lambat laun berkembang menjadi raksasa. di
antara miliaran galaksi yang terbentuk adalah galaksi Bimasakti.
Di dalam
galaksi ini terdapat tata surya kita, dengan matahari adalah bintang yang
terdekat dengan bumi. Sungguh mengherankan siapa yang meletakan bumi di jarak
yang sangat pas dari matahari sehingga air yang ada di bumi tidak menguap habis
pada siang hari dan tidak membeku pada malam hari, air adalah sumber kehidupan
sehingga mahluk hidup dapat hidup di bumi. Dan yang meletakan bumi pada jarak
yang sangat pas tidak lain adalah Allah.
Dalam satu-satunya kitab yang diturunkan Allah yang telah bertahan
sepenuhnya utuh, Al Quran, ada pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari
ketiadaan, di samping bagaimana kemunculannya sesuai dengan ilmu pengetahuan
abad ke-20, meskipun diungkapkan 14 abad yang lalu. Pertama, penciptaan alam
semesta dari ketiadaan diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:
“Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia
tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala
sesuatu.” (QS. Al An’aam, 6: 101) !
Aspek penting lain yang diungkapkan dalam Al Quran empat belas abad sebelum
penemuan modern Dentuman Besar dan temuan-temuan yang berkaitan dengannya
adalah bahwa ketika diciptakan, alam semes-ta menempati volume yang sangat
kecil:
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?” (QS. Al Anbiyaa’, 21: 30) !
Kebenaran lain yang terungkap dalam Al Quran adalah pengem-bangan jagat
raya yang ditemukan pada akhir tahun 1920-an. Penemuan Hubble tentang
pergeseran merah dalam spektrum cahaya bintang diungkapkan dalam Al Quran
sebagai berikut:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesung-guhnya Kami
benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz-Dzaariyat, 51: 47) !
Singkatnya, temuan-temuan ilmu alam modern mendukung kebe-naran yang
dinyatakan dalam Al Quran dan bukan dogma materialis. Materialis boleh saja
menyatakan bahwa semua itu “kebetulan”, namun fakta yang jelas adalah bahwa
alam semesta terjadi sebagai hasil penciptaan dari pihak Allah dan satu-satunya
pengetahuan yang benar tentang asal mula alam semesta ditemukan dalam firman
Allah yang diturunkan kepada kita.
Apakah alam
ini benar-benar tercipta dari big bang?
Jawabannya adalah may be
yes may be no! (bisa ya bisa tidak). Karna masih banyak lagi teori-teori lain
yang masih dikembangkan untuk mengungkap proses pembentukan alam semesta.
Itulah manusia hanya
bisa memperkirakan karna sesungguhnya hanya Allah yang tahu.
Pada tahun 1989, NASA
mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang angkasa untuk
melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi
COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan
sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta.
Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini
dengan jelas membuktikan teori Big Bang.
Bukti
penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa.
Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam
semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium
sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan
dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah
habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala bukti
meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah.
Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal
muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah
Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat:
Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk,
67:3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar